PORTALTOPIC
Hujan deras yang mengguyur Provinsi Lampung selama tiga hari berturut-turut sejak 21 hingga 23 Februari 2025 menyebabkan banjir besar di 14 kecamatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat bahwa 9.022 rumah terdampak, mempengaruhi sekitar 30.850 jiwa. Curah hujan ekstrem yang mencapai 150 mm menjadi penyebab utama, bahkan di beberapa titik, seperti Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung di Tanjung Senang, curah hujan tercatat lebih dari 200 mm.
Kota Bandar Lampung menjadi daerah yang paling terdampak dengan 23 titik banjir, di antaranya Tanjung Senang, Kali Balau, dan Sepang Jaya. Tidak hanya banjir, longsor juga terjadi di Gang Bukit Langkapura dan Jalan Sisingamangaraja Gang Kelinci, Tanjung Karang Barat, yang semakin memperparah kondisi.
Banjir juga meluas ke Kabupaten Pesawaran, Lampung Selatan, dan Pringsewu. Di Pesawaran, empat kecamatan terdampak dengan Desa Padang Cermin mencatat 262 rumah terendam. Sementara itu, di Lampung Selatan, Desa Tarahan, Kecamatan Katibung, melaporkan satu rumah rusak berat dan satu kandang ternak hancur. Kabupaten Pringsewu juga mengalami hal serupa, di mana banjir menggenangi pemukiman warga di Kecamatan Gadingrejo.
Penyebab dan Peringatan Dini
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi bahwa faktor cuaca ekstrem menjadi pemicu utama banjir ini. Selain curah hujan tinggi, BMKG juga memperingatkan tentang fenomena bulan baru pada 28 Februari 2025 dan Perigee (jarak terdekat bulan ke bumi) pada 1 Maret 2025. Fenomena ini berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum, yang dapat memicu banjir rob di pesisir Lampung dan wilayah lainnya di Indonesia.
Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir diimbau untuk lebih waspada terhadap potensi banjir susulan. BMKG juga menyarankan agar warga menghindari aktivitas di pesisir saat pasang air laut mencapai puncaknya.
Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat
Banjir yang berkepanjangan berpotensi memicu berbagai penyakit, terutama infeksi kulit, diare, dan penyakit pernapasan. Di beberapa titik pengungsian, fasilitas sanitasi yang minim meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular.
Dinas Kesehatan Lampung telah mengirimkan bantuan berupa obat-obatan, tim medis, serta penyuluhan kesehatan bagi warga terdampak. Warga diimbau untuk menjaga kebersihan diri, menggunakan air bersih, dan segera memeriksakan diri jika mengalami gejala penyakit akibat banjir.
Upaya Evakuasi dan Bantuan Logistik
Proses evakuasi terus dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan. Perahu karet dikerahkan untuk mengevakuasi warga yang masih terjebak di rumah-rumah yang terendam air.
Pemerintah Provinsi Lampung telah mendirikan posko pengungsian di beberapa titik aman, di antaranya di Gedung Serbaguna Tanjung Senang dan Balai Desa Pesawaran. Selain itu, bantuan logistik berupa makanan, air bersih, dan selimut telah disalurkan kepada warga terdampak.
Namun, sejumlah warga mengeluhkan kurangnya pasokan kebutuhan dasar seperti susu bayi, obat-obatan khusus, dan makanan siap saji. Pemerintah berjanji akan terus menyalurkan bantuan secara bertahap.
Langkah Pencegahan Agar Banjir Tidak Terulang
Banjir yang terjadi di Lampung ini bukan pertama kalinya. Dalam lima tahun terakhir, wilayah ini telah beberapa kali mengalami bencana serupa akibat curah hujan tinggi dan sistem drainase yang kurang memadai.
Sebagai langkah mitigasi, pemerintah daerah berencana untuk melakukan normalisasi sungai, memperbaiki sistem drainase, serta memperketat regulasi terkait alih fungsi lahan. Selain itu, masyarakat diimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan dan turut menjaga lingkungan agar risiko banjir dapat dikurangi.
Dengan upaya yang lebih sistematis, diharapkan bencana banjir di Lampung dapat diminimalisir di masa mendatang.